100 Tokoh Muhammadiyah yang Menginspirasi: Soekarno Featured by Madi - June 6, 2022June 6, 2022 Kamis Pon, 6 Juni 1901, di Lawang Seketeng, Surabaya dari pasangan Raden Soekemi Sastrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Ray, lahir seorang bayi yang diberi nama Kusno. Namun karena sering terkena penyakit, antara lain malaria dan disentri, orang tuanya kemudian mengganti namanya menjadi Soekarno. Kelak, bayi ini bersama Moh Hatta, menjadi proklamator berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tulisan ini akan memuat secara ringkas relasi Soekarno dengan Muhammadiyah sebagaimana ditulis dalam buku 100 Tokoh Muhammadiyah yang Menginspirasi terbitan Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah tahun 2014. Di Bengkulu, ia secara resmi menjadi anggota dan pengurus Muhammadiyah (1938). Pada suatu hari, Konsul Muhammadiyah Bengkulu, Hasan Din mendatangi Soekarno dan memintanya menjadi guru Sekolah Muhammadiyah. Soekarno pun menerimanya, bahkan kemudian ia diangkat menjadi Ketua Bagian Pengajaran Muhammadiyah Daerah Bengkulu. Selain aktif sebagai pengurus Muhammadiyah, ia juga sering berdiskusi, berdebat dan bahkan berpolemik tentang berbagai masalah dengan Pimpinan Muhammadiyah, mulai dari masalah tabir, transfusi darah, hingga masalah negara dalam Islam. Berkaitan dengan masalah tabir, Soekarno pernah menulis surat terbuka kepada K.H. Mas Mansur, Ketua PP Muhammadiyah yang baru melangsungkan kongresnya yang ke-28 di Medan. Bagi Soekarno, tabir adalah simbol perbudakan terhadap kaum perempuan. Menurutnya, tabir adalah salah satu ujian bagi ideologi Muhammadiyah juga ideologi kaum intelektual Indonesia. Oleh karena itulah, Soekarno meminta agar masalah tabir ini dibicarakan dalam Majelis Tarjih Muhammadiyah dengan tenang dan objektif. Di zaman Jepang, Soekarno dengan KH Mas Mansur, tergabung dalam Empat Serangkai pemimpin Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA) yang dibentuk tanggal 9 Maret 1942. Meskipun sering berbeda pendapat dengan kalangan Islam lainnya tentang masalah-masalah kenegaraan, tapi sangat nampak bahwa Islam telah banyak memengaruhi jalan pikiran Soekarno. Begitu cintanya kepada Islam, Soekarno pernah berkata, “Belahlah dadaku nanti tidak akan ditemui di dalamnya hanyalah hati Islam.” Begitu cintanya kepada Muhammadiyah, hingga Soekarno pernah mengatakan agar jika ia meninggal, jenazahnya ditutup dengan bendera Muhammadiyah. Ia mengatakan, “Yang senantiasa menjadi keinginanku ialah agar peti matiku diselubungi dengan panji Islam Muhammadiyah.” Pada 10 April 1965, PP Muhammadiyah dibawah pimpinan KHA. Badawi menganugerahkan Bintang Muhammadiyah kepada Dr. Ir. H. Ahmad Soekarno atas kesetiaan dan jasa perjuangannya bagi kemajuan dan kelancaran gerakan Islam Muhammadiyah, khususnya dorongan dan anjuran untuk berijtihad menggali Api Islam.***(im) Share this:Click to share on Twitter (Opens in new window)Click to share on Facebook (Opens in new window)Click to share on WhatsApp (Opens in new window)Like this:Like Loading... Related