Adzan Asar yang Berbeda Netijen Sharing by Madi - January 2, 2025January 2, 2025 Waktu Sholat Asar khususnya kumandang Azan ternyata di berbagai tempat berbeda-beda. Di beberapa tempat yang pernah saya mukimin rata-rata tepat waktu jam dan menitnya. Namun, di tempat saya yang baru, di suatu desa terpencil di salah satu Kecamatan pada Kabupaten Magelang di Jawa Tengah punya tradisi yang berbeda. Disini Azan Asar dikumandangkan sekitar pukul 16.00-an, lewat jauh dari yang biasa saya tempati dulu. Namun di ibukota Kecamatan menganut aliran ‘tepat waktu’. Kebetulan di desa saya mayoritas warganya NU dan petani. Mungkin alasannya karena petani selesai urusan di sawah atau kebun adalah jam 4 kurang, maka Sholat Asar dapat dilakukan setelah mereka pulang ke rumah dan bersih-bersih badan dulu. Jadi Azan Asar di Masjid dikumandangkan setelah pulang dari kebun atau pekerjaan lainnya. Bagi saya yang Muhammadiyah hal tersebut tidak masalah. Menyesuaikan saja. Jika akan pergi antara pukul 15.00 saya tinggal lihat aplikasi Muadzinbot yang tepat waktu, jadi pas sudah saatnya ya sebelum pergi sholat Asar dulu. Namun jika nyantai di rumah, ya ‘manut’ Azan setempat, lalu berkemas sarungan dan berangkat ke Masjid. Tidak usah buru-buru, karena habis Adzan, ada lantunan puji-pujian Sholawat dan lain-lain sambil menunggu pak Imam hadir dan sholat Sunnah dulu. Namun hal ini suatu ketika jadi masalah bagi teman saya yang anak Muhammadiyah dari Jogja. Suatu ketika saya pulang kampung ke Jogja dan kembali ke desa istri saya, sampai sekitar sebelum pukul 12-an. Saya minta diantar oleh teman saya dengan mobilnya dari Jogja. Begitu sampai Azan Dhuhur berkumandang, maka saya dan teman saya langsung ke Masjid dekat rumah.Setelahnya kami pulang, dan teman saya berpesan, nanti kalau sudah Asar dia minta diingatkan untuk pulang karena dia mau jemput anak sekolah di Jogja sekitar pukul 17.00-an dan juga dia aliran Sholat ‘tepat waktu’.Perkiraan dari sini sampai Jogja dari pukul 15 ke 17 cukup spare waktu-lah. Saya tanpa pikir panjang mengiyakan. Juga saya bilang, sini kan dekat masjid jadi ya pasti kita dengar. Pasti saya ingatkan. Setelah itu kami ngobrol ngalor ngidul dengan seru sambil ngopi-ngopi, maklum sudah lama tidak bertemu, dan dia sahabat saya sejak jaman kuliah di Jogja dulu. Saking asiknya ngobrol sampai tidak terasa beberapa saat berlalu dan tibalah waktu dikumandangkannya Azan Sholat Asar dari Masjid. Kata saya, nah itu sudah Asar, ayo segera Sholat dan maaf bukannya ngusir tapi kamu harus segera jemput anak tho pak. Teman saya segera beranjak dari duduknya dan tanpa sadar menengadah ke atas kepalanya dimana jam dinding diletakkan.Dan akhirnya dia kaget dan bingung setelah melihat jam dinding tersebut, seraya berucap, “lho kene iki koq Asare jam papat luwih?” (lho di sini koq Asar-nya jam 4 lebih). Tanpa merasa bersalah saya jawab, lha iyooo, memang jam segini. Saya juga jelaskan bahwa di sini mayoritas warga Nahdliyyin dan petani, jadi ya beda dengan kita pak. Teman saya garuk-garuk kepala, “lha tak kiro Asare podo Jogja, jam telu, wah telat iki metuk anakku” (lha saya kira Asar di sini sama dengan Jogja, jam 3, wah telat ini jemput anakku). Akhirnya saya yang jadi ‘feeling guilty’, merasa bersalah tidak menginfokan perbedaan waktu tersebut sejak awal. Kami jadi tertawa bersama, menyadari perbedaan kultur ini, tertawa kecut dan maklum.Akhirnya sambil bersungut-sungut teman saya pamit pulang sambil telpon anaknya bahwa bapaknya menjemput terlambat karena berangkatnya dari Kabupaten Magelang. Penulis: Mas Tom Share this:Click to share on Twitter (Opens in new window)Click to share on Facebook (Opens in new window)Click to share on WhatsApp (Opens in new window)Like this:Like Loading... Related