You are here
Home > Opini Media > Daftar Sebagai Mahasiswa, Diterima Jadi Dosen

Daftar Sebagai Mahasiswa, Diterima Jadi Dosen

Dalam sebuah ceramah terawih di Gelanggang Mahasiswa UGM, Pak AR (AR Fakhrudin, Mantan Ketua PP Muhammadiyah, red) menceritakan “kegundahannya” karena tidak melanjutkan sekolah sampai universitas sehingga mendapat gelar sarjana.

Saya sebetulnya ingin kuliah seperti kalian, ungkapnya. Beruntunglah kalian yang bisa mengenyam pendidikan di perguraan tinggi, apalagi di UGM, universitas terbesar di Indonesia. Pak AR bercerita, waktu bertugas di Semarang, dirinya berniat sungguh-sungguh ingin melanjutkan studi ke universitas. Tapi sayang, gagal.

“Saya mendaftar jadi mahasiswa Universitas Sultan Agung (Unissula), Semarang. Saya ikuti prosedur seperti mengisi pendaftaran dan mengikuti tes masuk. Setelah hasil test masuk diumumkan, ternyata nama saya tidak ada,” kisahnya.

“Saya tidak lulus tes,” kata Pak AR.

“Sedih sekali, saya tidak bisa melanjutkan kuliah di Unissula. Tapi beberapa hari kemudian, saya dapat surat dari rektor untuk menghadap.”

“Wah ada apa nih,” kata Pak AR.

“Saya deg-degan,” ungkapnya.

Setelah menghadap, rektor menanyakan apa benar Pak AR mendaftar jadi mahasiswa Unisula.
“Saya jawab, benar.”

“Saya memang ingin kuliah Pak Rektor,” kata Pak AR serius.

“Begini, kami jadi tahu Pak AR berminat besar dengan dunia pendidikan setelah Bapak mendaftar untuk kuliah di sini,” kata Rekor Unisula seperti dituturkan Pak AR.

Untuk itu kami beserta jajaran dosen sudah rapat dan memutuskan ingin mengangkat Pak AR jadi dosen Agama Islam di Unisula.

“Pak rektor saya ingin kuliah, bukan jadi dosen,” kata Pak AR.

“Ya Pak, saya tahu, tapi Unisula inginnya Pak AR jadi dosen di sini,” kata rektor.

Jamaah terawih pun terpingkel-pingkel mendengar kisah itu, padahal Pak AR serius menceritakan dirinya yang ingin kuliah, apa adanya.

“Begitulah nasib saya anak-anak. Ingin kuliah, malah diminta jadi dosen. Akhirnya saya tidak jadi kuliah, dan nasibnya seperti ini. Tidak punya gelar.”

Konon, gegara dosen agamanya Pak AR, ruangan kuliah selalu penuh. Mahasiswa yang tidak ambil mata kuliah Agama Islam pun, ikut menghadiri kuliah Pak AR. Maklumlah, kuliahnya mengasikkan, lucu, dalam, dan nggak mbosenin.
Pak AR memang tidak kuliah. Pendidikannya dari madrasah ke madrasah. Dari kyai ke kyai. Persis seperti santri-santri NU. Tapi, jangan remehin dulu. Jangan kira para santri model Pak AR itu ilmunya dangkal. Malah sebaliknya. Ilmunya dalam sekali.

Penulis Syaefudin Simon, sumber : teropongsenayan.com

Madi
Bukan siapa-siapa. Sekadar berbagi, menampilkan sisi humor Muhammadiyah yang selama ini jarang terekspos.

Silakan berdiskusi dengan sopan dan lucu

Top
%d bloggers like this: