Diprotes Kaum Muda Muhammadiyah, Ini Jawaban Buya Hamka Opini Media by Madi - February 21, 2019March 24, 2019 Buya HAMKA (Haji Abdul Malik Karim Amrullah), sejak usia muda terkenal fanatik sebagai tokoh Muhammadiyah. Paling keras mengkritik praktek bi’ah di masyarakat. Namun di masa tuanya, Hamka jadi panutan semua kalangan Islam, termasuk warga Nahdiyin yang sering menjadi sasaran kritiknya ketika masih muda. Buya Hamka bercerita dalam sebuah forum di Mesjid Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. “Saya sering diprotes anak muda Muhammadiyah. Mereka keberatan terhadap perubahan sikap saya yang ketika muda sangat keras mengkritik bid’ah. Tapi setelah tua sangat akrab dengan kalangan NU. “Ya, dulu itu baru satu dua buku yang saya baca, sekarang ribuan buku telah saya baca”, tegas Buya.Kata-kata itu, masih terngiang di telinga banyak orang hingga kini. Zaman ketika ada segolongan orang menggebu-gebu bilang, ibadah yang dilakukan banyak umat Islam: “ini salah dan itu salah”. Atas sikap ulama yang bersikap bijaksana itu, kata kuncinya pada ikhlas. Itu yang merupakan kunci menjalin ukhuwah umat Islam. “Para prinsipnya, cara berpikir kita harus jernih, yaitu lillah (karena Allah) dalam melakukan segala sesuatu. Selama itu ada maka riak-riak ukhuwah itu tidak ada masalah,” kata KH Zakky Mubarak, juru dakwah di Jakarta. Keikhlasan penting Di samping itu, setiap Muslim juga dituntut untuk selalu menambah wawasannya tentang Islam. Islam yang hanya dipahami dengan singkat juga membuat riak ukhuwah itu kian tinggi. “Saat ini, pemahaman agama banyak yang lebih mengutamakan sisi kulit-kulitnya saja. Mereka tidak sampai pada substansi Islam itu secara mendalam,” ujar Zakky. Pemahaman Islam yang hanya sebatas fikih pada suatu mazhab tertentu serta fanatik dengan suatu faham tertentu membuat umat Islam terkotak-kotak. Inilah yang kemudian memicu perselisihan. Padahal, ada nilai substantif yang ada pada Islam, seperti kedamaian, bertoleransi, dan persaudaraan. Jika ingin melihat bagaimana ukhuwah Islamiyah itu dibina, kita harus belajar dari para sahabat dan generasi-generasi Islam terdahulu. Para sahabat bisa menerapkan ukhuwah yang sedemikian indah karena niat mereka semata-mata karena Allah. “Para sahabat itu niatnya karena Allah. Kalau karena Allah, tidak mungkin pecah. Kalau sudah tujuannya lain, pasti pecah,” katanya tegas. Ia juga mencontohkan, bagaimana Para Wali Songo menyebarkan Islam di nusantara dalam waktu singkat. Tak kurang dari 50 tahun, Islam sudah tersebar di Pulau Jawa. Menurutnya, nilai-nilai Islam, seperti kedamaian, kerukunan, dan toleransi itulah yang diperlihatkan sehingga menarik orang untuk masuk Islam. Sedangkan di tubuh umat Islam saat ini, sering sekali terlibat pertikaian. Satu sama lain saling menghujat. Hal itu disebabkan pemikiran yang sudah terkontaminasi dengan kepentingan duniawi. sumber : ngopibareng.id Share this:Click to share on Twitter (Opens in new window)Click to share on Facebook (Opens in new window)Click to share on WhatsApp (Opens in new window)Like this:Like Loading... Related
Mantab, Min. Semoga dakwah Islam kembali seperti dulu walaupun ada muatan politiknya tp tetap damai. Loading... Reply