You are here
Home > Netijen Sharing > Gojekan Dr. Abdul Mu’ti : NU dan Muhammadiyah

Gojekan Dr. Abdul Mu’ti : NU dan Muhammadiyah

Gojekan Dr. Abdul Mu’ti: NU dan Muhammadiyah oleh Ayung Notonegoro

Saya menikmati gojekan dari Sekretaris Jendral PP Muhammadiyah Dr. Abdul Mu’ti saat mengisi puncak milad ke-106 Muhammadiyah yang diadakan PD Muhammadiyah Banyuwangi di Masjid At-Taqwa, Rogojampi, Ahad malam (16/12). Ternyata, tokoh kelahiran Kudus, 2 September 1968 itu, memiliki selera humor yang tak kalah dibanding kiai-kiai NU.

Dalam forum-forum internasional, cerita Mu’ti, Muhammadiyah kerap disebut “the second large of moeslem organization in Indonesia”. Organisasi muslim terbesar kedua setelah NU. Sebutan tersebut bagi mantan ketua PP Pemuda Muhammadiyah itu, tak jadi masalah. Karena memang demikian adanya.

“Meskipun NU terbesar, tapi, saya selalu menyebut Muhammadiyah dulu,” lanjut Mu’ti. “Bukan karena apa, tapi secara urutan abjad demikian adanya. Setelah M, baru N. Setelah mim baru nun.”

Sontak saja disambut tawa dari jamaah. Termasuk sejumlah tokoh NU yang hadir. Seperti Bupati Azwar Anas, Kiai Ali Makki, H. Nanang dan sejumlah tokoh yang lain.

“Jika bertemu Gus Helmi,” imbuh Mu’ti seraya merujuk ke Sekjen PBNU Helmy Faisal Zaini, “sering menyebut Muhammadiyah sebagai saudara tua. Karena lahir lebih dahulu,” ceritanya.

Seakan tak mau kalah, Mu’ti pun punya sebutan khusus untuk NU. “Kita sering menyebut NU sebagai adik bongsor. Lahirnya lebih muda, tapi anggotanya besar sekali,” guyonnya disambut tawa riang.

Gojekan riang antara Muhammadiyah dan NU tersebut, menurut Mu’ti, tak hanya prasyarat informal. Namun, menjelma dalam berbagai hubungan yang lain. Dosen IAIN Walisongo Semarang itu menyebutkan jika banyak amal usaha Muhammadiyah yang dibangun di atas tanah waqaf tokoh-tokoh NU.

“Ada sebuah rumah sakit Muhammadiyah yang kita beri nama kiai NU. Hal ini sebagai bentuk penghormatan karena beliaulah yang mewaqafkan tanahnya untuk pembangunan tersebut,” ceritanya.

Hubungan yang demikian tersebut, imbuh Mu’ti, adalah bagian dari penerapan hadits Nabi. “Yang besar harus menyayangi yang kecil dan yang kecil harus menghormati yang besar,” ujarnya sembari tersenyum dan disambut tepuk tangan yang gemuruh.

Ya, demikianlah. Hubungan yang harmonis antara Muhammadiyah dan NU hingga kini, tak lain karena diiringi dengan guyonan dan saling menghormati. Jikapun ada letupan berbau konflik diantara kedua organisasi asli Nusantara ini, pun akan segera reda. Selesai dengan geguyonan. Selamat Milad ke-106 saudara tua dari adik bongsormu. Mari terus berta’awun dengan penuh keceriaan!

Madi
Bukan siapa-siapa. Sekadar berbagi, menampilkan sisi humor Muhammadiyah yang selama ini jarang terekspos.

Silakan berdiskusi dengan sopan dan lucu

Top
%d bloggers like this: