You are here
Home > Anekdot > Gus Yaqut Pantas Menjadi Ketum NU Garis Lucu

Gus Yaqut Pantas Menjadi Ketum NU Garis Lucu

Oleh Ilham Ibrahim

Gaya komunikasi berbangsa dan bernegara kita akhir-akhir ini kembali serius, tegang, dan mudah tersinggung. Keberadaan komunitas “Garis Lucu” ternyata tak membawa efek apa-apa. Toh, sampai saat ini kita masih mudah kepancing emosi. Salah satu joke yang baru-baru ini diributkan banyak orang tentang “Kemenag adalah hadiah negara untuk NU” telah membuktikan bahwa Indonesia sedang darurat humor!

Tidak sedikit yang menanggapi ujaran Menag Yaqut Cholil Qoumas ini secara serius. Dari membuktikan bahwa Menag pertama bukan dari NU sampai tanggapan dengan nada-nada yang penuh dengan dendam membara. Sebenarnya wajar aja sih, mereka yang serius-serius itu sepertinya memiliki selera humor yang rendah dan tidak open minded seperti saya. Lha wong kalau kebakaran jenggot dengan pernyataan Menag Yaqut berarti tidak kenal dengan gaya humor tokoh-tokoh NU. Sudah sejak lama humor menjadi diplomasi alternatif bagi tokoh-tokoh NU yang mampu meredam ketegangan.

Bila pengajian umumnya sedikit-sedikit dalil, maka pengajian NU lebih banyak humornya (bukan berarti tak ada ilmunya, ya, tolong jangan terlalu serius). Secara genealogi, kepintaran orang-orang NU membuat humor cerdas karena kebiasaan mereka belajar ilmu mantiq, kaidah usul fikih, dan tasawuf. Dari mantiq mereka pandai membuat struktur kalimat yang jenaka. Dari kaidah usul fikih mereka mahir membuat logika tak linear yang menyenangkan. Dan dari tasawuf mereka terbiasa mendengarkan kisah-kisah para sufi yang unik dan nyentrik macam Abu Nawas.

Sikap seperti ini begitu mendarah daging sehingga wajar saja banyak dari kalangan NU yang pintar melucu. Contoh terbaik, ya, Gus Yaqut ini. Ya coba renungkan sekali lagi, tanpa ada ego sektoral, betapa lucunya pernyataan beliau: “Kemenag adalah hadiah negara untuk NU”. Pernyataan Gus Yaqut ini absah secara humor karena memang bertentangan dengan logika akal sehat. Jadi, tak perlulah bagi kita merasa ternodai dengan humor ala Gus Yaqut ini.

Kalau Anda sekalian merasa kecewa dan tidak tertawa, berarti ada yang tidak beres dengan selera humor orang Indonesia! Karena seperti kata seorang filsuf Rocky Gerung, cara terbaik menghargai lawakan adalah menertawakannya…

Namun bila pernyataan Gus Yaqut ini ternyata bukan lawakan, maka kita patut bersedih karena citra NU mulai seperti Muhammadiyah: terlalu serius. Karena mungkin dirinya ingin suatu saat NU menjadi ormas yang benar-benar serius, serius membangun perguruan tinggi, serius mendirikan rumah sakit, dan serius ingin terus menerus menguasai Kementerian Agama, eh…

Madi
Bukan siapa-siapa. Sekadar berbagi, menampilkan sisi humor Muhammadiyah yang selama ini jarang terekspos.

Silakan berdiskusi dengan sopan dan lucu

Top
%d bloggers like this: