Humor Muhammadiyah – NU ala KH Hasyim Muzadi Anekdot by Madi - March 16, 2019March 24, 2019 Enam belas Maret dua ribu tujuh belas, atau dua tahun lalu, KH Hasyim Muzadi wafat di Malang. Relasi NU – Muhammadiyah semasa kepemimpinan KH Hasyim Muzadi sebagai Ketum PBNU sangat dekat dan harmonis. Sampai-sampai PP Muhammadiyah menerbitkan sebuah buku khusus tentang beliau sebagai “obituari”. Berikut beberapa kisah relasi Muhammadiyah – NU dalam balutan humor ala KH Hasyim Muzadi. KH Hasyim Muzadi NU, Muhammadiyah, dan Rokok Dalam sebuah ceramah KH Hasyim Muzadi menyelingi dengan sebuah humor berisi kisah dan pelajaran. Berikut selingan ceramah beliau: Sekarang NU dan Muhammadiyah itu bedanya hanya rokok saja. Dulu ribut-ribut masalah qunut (Subuh). Itu dulu. Sekarang sudah tidak ribut-ribut masalah qunut Subuh lagi karena sudah tidak sembahyang Subuh. Dan, sekarang bedanya hanya di rokok saja. Di Muhammadiyah (rokok) haram, di NU makruh. Kalau di NU diharamkan, ada pesantren tutup, sebab kyainya “minar raki’in”. Tapi, di Muhammadiyah yang merokok juga ada. Pak Malik Fajar itu Ketua (PP) Muhamamdiyah, tapi ia merokok. Pernah berjumpa saya (di airport). “Loh, ini Muhammadiyah, kok, merokok?” “Begini Pak Hasyim. Selagi aku merokok ini jadi NU,” jawab Malik Fajar. “Lah, terus?” “Kalau sudah selesai, jadi Muhammadiyah lagi,” jawab Malik. Tahlil Itu Sampai Atau Tidak? Pak Hasyim sedang menjelaskan sekarang ini persoalan ushul (prinsip) dalam agama lebih sering dibicarakan keluar secara umum, padahal menurut Pak Hasyim, seharusnya persoalan ushul hanya dibicarakan di kalangan ulama saja. Oleh karenanya, terkadang isi pembicaraan dan isu yang berkembang menjadi tidak karuan. “Ada Pemuda Ansor dan Pemuda Muhammadiyah ribut soal tahlil. Itu apakah sampai atau tidak tahlil itu kepada yang mati? Kata Ansor, ya sampai karena (alasannya) setiap kiriman tidak pernah kembali. Lah ini ngomong apa?” ujar Pak Hasyim berguyon. “Pemuda Muhammadiyah tak terima, dibalas jawab, lah kalo memang sampai, mana tanda buktinya? Ha-ha…” ujar Pak Hasyim bercerita. Perbedaan Hari Raya Kiai Hasyim bercerita ketika semasa masih menjabat Ketum PBNU di masa pemerintahan SBY. Ketika itu Ketum Muhammadiyah Din Syamsuddin dan Pak Hasyim dipanggil utk bertemu Pak JK (Jusuf Kalla). “Saya diundang sama Pak JK, beliau marah-marah, ini gimana nggak bisa jadi satu NU dan Muhammadiyah hari rayanya. Repot masyarakat kalo begini,” cerita Pak Hasyim. “Saya tanya, caranya bagaimana, pak?” kata Pak Hasyim. “Ya, kompromi lah,” jawab JK. “Bagaimana kalau NU turun satu derajat, Muhammadiyah naik sedikit,” “Oh kalo gitu langsung cash and carry saja, pak..,” kata Pak Hasyim tertawa mendengar pandangan JK. “Ini fiqhnya pedagangnya ya gini ini,” guyon Pak Hasyim. “Saya bilang ndak bisa begitu pak,” cerita pak Hasyim. “Lha terus yang bisa bagaimana?” tanya Pak JK. “Yang bisa itu (buat) pengertian seluruh umat Islam bahwa perbedaan (Hari Raya) itu terbuka dan memang ada. Yang kedua, ini tidak mengada-ada karena sholatnya sama, tanggalnya tidak sama. Wong hari di sini dengan di Amerika saja tdk sama kok..,” ujar Pak Hasyim lagi. Semoga Allah melapangkan jalan Beliau menuju jannah. Al Fatihah.. Eh kiriman fatihah bisa sampai ndak ya? hahaha.. (red). dari berbagai sumber Share this:Click to share on Twitter (Opens in new window)Click to share on Facebook (Opens in new window)Click to share on WhatsApp (Opens in new window)Like this:Like Loading... Related