Cara Ketum Muhammadiyah Menasehati Presiden Soekarno Opini Media by Madi - September 30, 2019September 30, 2019 Bacalah Bung! tidak akan makan waktu lebih dari lima menit. Tegas KH Ahmad Badawi kepada Presiden Soekarno, ketika surat yang diberikan Ahmad Badawi yang merupakan hasil “Konperensi Kilat Muhammadijah” tahun 1965, yang oleh Soekarno surat tersebut diberikan kepada Subandrio pembantunya. Alhasil Soekarno meminta kembali surat tersebut dan membacanya. KH Ahmad Badawi, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah periode 1962-1965 dan 1965-1968 memang dikenal sebagai sosok ulama yang tegas dan teguh dalam sikap dan hati. Selain pertemuan diatas, KH Ahmad Badawi juga beberapa kali menegur Presiden Soekarno atas kesalahan yang dibuatnya. Ada cerita lain seperti yang catat oleh Djarnawi Hadikusumo dalam Riwayat Hidup (Ridup) KH A Badawi yang dicetak pertama kali tahun 1971 yang diterbitkan oleh G.K.B.I Jakarta. Pada halaman 39 dan 40 buku tersebut, “Beliau KH. A Badawi sangat berani mengatakan yang hak kepada Presiden Sukarno. Pernah beliau memegang tangan Sukarno yang telah berkriput sambil berkata: “Rupanya Bung Karno sudah sangat tua. Oleh karena itu sering kalilah minta ampun kepada Allah.” Bung Karno yang ingin tetap muda dikatakan sudah tua, dia memang marah. Dengan sangat marah Soekarno menjawab : “Apa saya banyak dosa Kiai?”, dengan mata melotot. Jawab KH. A Badawi: “Sudah barang tentu, semua manusia selain Nabi dan Rasul tentu banyak dosa, apalagi Bung Karno Presiden.” Peristiwa tersebut didengar oleh banyak Mentri yang sengaja hadir menghadap Bung Karno. Salah satu mentri yang kagum dengan keberanian/keteguhan hati Ahmad Badawi adalah Mentri Perindustrian Dasar dan Pertambangan Indonesia, Chairul Saleh. Seusai dialog sengit menyoal nota, antara Ahmad Badawi dan Soekarno terjadi. Malam harinya, rombongan dari PP Muhammadiyah diundang untuk makan malam di rumah Chairul Saleh. Kisah-kisah tersebut tidak banyak diketahui oleh khalayak umum, yang pada saat itu menganggap PP Muhammadiyah terutama KH Ahmad Badawi sebagai agen istana, pengikut Bung Karno dan berbagai isu-isu miring yang disematkan kepada Muhammadiyah. Padahal peran yang dilakukan Muhammadiyah untuk perbaikan bangsa tidak pernah meminta imbalan sepeserpun. Semua itu dilakukan demi terjaganya perdamaian antara umat Islam dan Pemerintah. Sumber : muhammadiyah.or.id Share this:Click to share on Twitter (Opens in new window)Click to share on Facebook (Opens in new window)Click to share on WhatsApp (Opens in new window)Like this:Like Loading... Related