Memberi Solusi, Bukan Mencaci Featured by Madi - April 16, 2021April 16, 2021 Pak Muslim, sesuai namanya, ingin menjadi muslim yang baik, namun ternyata tidak mudah. Sudah dua tahun ia memasuki Ramadan dengan hati gelisah. Puasa, salat tarawih, mengisi kotak amal hingga tadarus semua dijalaninya. Namun ada rasa bersalah di hatinya karena berjualan nasi di siang hari pada bulan puasa. Tapi bagaimana lagi, itu satu-satunya sumber nafkah keluarga. Meskipun sudah memasang tabir penutup agar mereka yang jajan di warungnya tidak terlihat, orang-orang tetap saja menilainya salah. Bahkan ada penceramah yang menganggapnya bertolong-tolongan dalam perbuatan dosa, yaitu membantu atau memfasilitasi mereka yang tidak puasa. “Selain salah, juga bisa mengurangi pahala puasa orang yang bersangkutan,” tegas penceramah. Pak Muslim semakin nelangsa mendengar pahala puasanya akan berkurang. Penceramah itu melanjutkan, bahwa rezeki datang dari Tuhan, jangan takut tidak makan. Beliau juga menyarankan agar para pemilik warung menabung 11 bulan dan libur satu bulan saat Ramadan. Pak Muslim tidak menyalahkan isi ceramah, tapi semua itu mulus pada tataran teori, sulit dalam praktek. Sebagai pedagang kaki lima, Pak Muslim tidak punya hari libur. Jangankan libur sebulan, libur sehari saja rasanya sudah ngos-ngosan. Hasil jualan seharian dicukup-cukupkan untuk memenuhi kebutuhan hari itu. “Apakah berjualan nasi siang hari di bulan puasa demi nafkah keluarga itu dosa? Tidakkah dapat dimasukkan dalam keadaan darurat?” Tanya Pak Muslim dalam hati. Kalau boleh memilih, dia ingin pindah pekerjaan saja yang tidak menimbulkan rasa bersalah. Tapi ini zaman sulit, tidak bisa pilih-pilih kerja, punya pekerjaan saja sudah untung. Tak kuat menahan beban rasa bersalah, Pak Muslim ngudarasa kepada seorang takmir Masjid, kebetulan orang Muhammadiyah. “Mencari nafkah untuk keluarga itu pekerjaan mulia,” kata Pak Takmir. “Soal jual nasi pada siang hari di bulan Ramadan, kuncinya pada niat kita. Gunakan niat yang benar. Ketika keluar rumah untuk bekerja, ucapkan dalam hati, “Bismillah, saya akan mencari rezeki halal untuk keluarga, bukan membantu orang untuk tidak puasa.” Menurut Pak Takmir, orang tidak puasa itu karena berbagai sebab. Ada yang non muslim, musafir, sedang dating bulan, dan ada yang memang tidak mengindahkan ajaran agama. Penjelasan Takmir itu sangat melegakan hati Pak Muslim. Bicaranya ramah, tidak marah. Menyejukkan, tidak memojokkan. Yang lebih penting adalah memberi jalan keluar, tidak menyalahkan. Terlepas ijtihad pak Takmir itu benar atau setengah benar, tetapi saran itu lebih konkret, realistis dan dapat dilaksanakan. Dalam beragama memang tidak boleh mencari jalan gampangan atau memilih yang enak-enak saja. Juga tidak sebaliknya, membuat yang mudah menjadi sulit. Ada baiknya kita selalu belajar dan berpikir memberi solusi. Ini salah satu alas an kita berhimpun dalam Muhammadiyah. Perjalanan hidup KH Ahmad Dahlan adalah perjalan hidup yang padat dan penuh solusi, disamping memberi pencerahan dan pembebasan. Sayangnya, kita pelanjutnya sering membuat masalah dan bukan memberi solusi. Sumber: Nur Cholis Huda dalam Anekdot Tokoh-Tokoh Muhammadiyah, Hikmah Press, 2012. Share this:Click to share on Twitter (Opens in new window)Click to share on Facebook (Opens in new window)Click to share on WhatsApp (Opens in new window)Like this:Like Loading... Related