Muhammadiyah dan Pagebluk Netijen Sharing by Madi - April 28, 2020April 28, 2020 Virus corona bukanlah wabah yang pertama melanda dunia. Pada jaman penjajahan Belanda tepatnya tahun 1910, wabah pes juga melanda dunia, bahkan sampai juga ke kota Malang dan paceklik di Jawa adalah asbabun nuzulnya. Guna mengatasi kelangkaan beras yang melanda sebagian wilayah Jawa, pemerintah kolonial sekitar Oktober-November 1910 melakukan impor beras dari Burma, padahal pada waktu itu negara Burma sedang mengalami wabah pes. Namun sayangnya pemerintah tidak menaruh curiga atau memeriksa kapal-kapal pengangkut beras ketika bongkar muat di Surabaya. Muhammadiyah berdiri tahun 1912, di tengah-tengah wabah pes gelombang pertama yang mendera di seputaran pulau Jawa. Organisasi yang didirikan KHA Dahlan dengan semangat untuk melakukan pembaruan agama dengan jargon “Sedikit bicara, banyak bekerja” pada saat virus pes menyebar tentu saja masih bayi dan belum banyak berbuat untuk membantu menangani korban wabah pes ini. Namun ketika pada dasawarsa 1930-an dimana virus yang bandel ini menyapu wilayah Kota Gede Yogyakarta, Muhammadiyah tidak mau ketinggalan dalam menangani pasien korban virus pes ini. Muhammadiyah berperan melalui poliklinik PKO (penolong Kesengsaraan Oemoem) nya yang waktu itu masih menyewa rumah milik H. Mukri bin Nawawi berlokasi di jalan KHA Dahlan, Menurut Ricklefs, pada malam tanggal 21 – 22 Januari 1932 ada kelompok masyarakat dalam menghadapi wabah itu, mengarak dua pusaka Keraton Yogyakarta yaitu Kiai Tunggul Wulung dan Kiai Slamet di seputaran kota Yogyakarta. Akan tetapi, “sekelompok kalangan religius modernis (Muhammadiyah), berpendapat bahwa orang mesti meninggalkan praktik lama ini dan sepenuhnya mengandalkan ilmu kedokteran untuk mengobati penyakit, sembari tetap mengimani ajaran-ajaran Islam”, sebagaimana dilaporkan Soedjana Tirtakoesoema, juru bahasa Jawa di Yogyakarta, dalam berkala Djawa, Vol. 12 (1932). Kasus-kasus pes masih ditemui di Indonesia hingga 1970-an, tapi jumlahnya tak sebesar pada jaman kolonial. Di masa-masa bangsa ini menghadapi Covid-19, lembaga Muhammadiyah yang khusus menangani pagebluk covid-19 yakni MCCC bekerjasama dengan LAZISMU, didukung oleh segenap jajaran pengurus Wilayah sampai dengan ranting, beserta Ortomnya, kembali menampakkan kiprahnya dengan menyediakan RS, tenaga medis, ambulans, bahkan juga bantuan pangan bagi masyarakat berdampak. Peran Muhammadiyah dalam penanganan wabah maupun bencana sebenarnya sudah dilakukan sejak lama. Bahkan embrionya adalah gagasan Kyai Syuja’ untuk mendirikan “Armenhuis (rumah miskin)” dan “Weeshuis (rumah yatim)” yang waktu itu ditertawakan orang. Penulis Afnan H Kusumo, Anggota DPD RI 2019-2024 Share this:Click to share on Twitter (Opens in new window)Click to share on Facebook (Opens in new window)Click to share on WhatsApp (Opens in new window)Like this:Like Loading... Related