Seabad Lalu, Muhammadiyah Hampir Jadi Partai Politik Anekdot by Madi - November 11, 2019November 11, 2019 Tahun 1921, ada Sidang Hoofdbestuur Muhammadiyah (PP Muhammadiyah). Di situ para assabiqunal awwalun Muhammadiyah berkumpul, para pendiri dan generasi pertama pimpinan dan aktivis Muhammadiyah. Yang menarik, dalam pertemuan itu ada tokoh yang tidak pernah kita kenal sebagai orang atau aktivis Muhammadiyah. Beliau bisa tampil meyakinkan dalam forum para pembesar, pimpinan Muhammadiyah generasi pertama berkumpul. Orang itu adalah Haji Agus Salim. Haji Agus Salim punya gagasan untuk menjadikan Muhammadiyah sebagai partai politik. Kalau pada masa Orde Baru Muhammadiyah disebut orsospol, dan beberapa pimpinan Muhammadiyah menjadi anggota Dewan. Ternyata, menjelang akhir hayat Kiyai Haji Ahmad Dahlan, sudah muncul juga “ambisi” menjadikan Muhammadiyah sebagai parpol. Sidang dipimpin oleh Kiyai Ahmad Dahlan. Diketahui, Haji Agus Salim adalah seorang jurnalis, politisi dan diplomat yang hebat. Tidak ada yang bisa mengalahkannya dalam berdebat. Sekalipun suatu kali ternyata beliau pernah kalah akal dengan seorang kusir andong. Ceritanya, ketika suatu pagi beliau sehabis shalat di Bandara Kemayoran, Haji Agus Salim naik dokar. Ketika itu kudanya kentut. Kata Haji Agus Salim kepada kusirnya, “Pak, kudanya masuk angin”. “Bukan masuk angin, tapi keluar angin”, jawab kusir. Haji Agus Salim keok dengan jawaban itu. Kembali ke soal Sidang Hoofdbestuur, argumentasi Haji Agus Salim membuat seluruh yang hadir terpukau, terkesima dan setuju, menjadikan Muhammadiyah sebagai partai politik. Kyai Dahlan, karena menjadi pimpinan sidang, tidak berpendapat. Setelah Kyai Dahlan melihat nampaknya yang hadir sepakat dengan gagasan Haji Agus Salim, Kyai Haji Ahmad Dahlan yang memimpin sidang dengan duduk, lalu berdiri sambil memukul meja. Saya tidak sempat bertanya kepada guru saya, Kiyai Hadjid, memukul mejanya keras, apa tidak. Kyai Ahmad Dahlan mengajukan dua pertanyaan yang sangat sederhana dan sangat mudah. Dan kalau dijawab, sebenarnya juga gampang. Pertama, apa saudara-saudara tahu betul apa agama Islam itu? Kedua, apa saudara berani beragama Islam? Tidak ada satu pun dari yang hadir yang sanggup menjawab pertanyaan itu, termasuk Haji Agus Salim sendiri. Bukannya tidak bisa, sebab mana mungkin ditanya soal Islam begitu saja tidak tahu. Tapi, ketika ditanya “Beranikah kamu beragama Islam?”. Mereka tahu persis yang ditanyakan Kyai Haji Ahmad Dahlan itu. Pak Hadjid muda, bercerita kepada saya, “Bukan main tulusnya pertanyaan Kiyai Haji Ahmad Dahlan itu”. Sebenarnya pertanyaan itu sederhana, tapi tidak ada yang sanggup menjawab. Akhirnya gagasan Haji Agus Salim tidak kesampaian. Muhammadiyah urung jadi partai politik. Sumber: Transkrip Ceramah KH. S. Ibnu Juraimi, “MAKNA BERMUHAMMADIYAH” (Bahan Latihan Instruktur Nasional Muhammadiyah, 2007) Sumber: khittah.co Share this:Click to share on Twitter (Opens in new window)Click to share on Facebook (Opens in new window)Click to share on WhatsApp (Opens in new window)Like this:Like Loading... Related