Muhammadiyah No, Aisyiah Yes Netijen Sharing by Madi - September 5, 2022September 5, 2022 Namanya Mukardi, guru SD kelahiran Tuban Jawa Timur. Beliau menjadi guru honorer di salah satu SD di Sumatera Selatan pada tahun 1988, berselang 4 tahun, 1991 beliau diangkat menjadi PNS. Selama rentang 30 tahun lebih sebagai ASN, semangat beliau membangun sekolah Muhammadiyah selalu berkobar. Beliau berhasil membangun tidak kurang 20 sekolah Muhammadiyah, mulai dari PAUD sampai SMA/SMK/MA. Ini salah satu cerita tentang pak Mukardi, guru sang penakluk sungai, rawa dan laut. Suatu hari, pak Mukardi menginisiasi pendirian sekolah Muhammadiyah di salah satu desa yg berjarak kira-kira 60 km dari rumahnya. Sebelum mendirikan sekolah Muhammadiyah, pak Mukardi silaturrahmi kepada pak Lurah sebagai perkenalan awal utk selanjutnya pengurusan administrasi. Pak Mukardi mengutarakan niat utk minta izin mendirikan sekolah Muhammadiyah di desa tersebut. “Pak lurah, maksud dan tujuan silaturrahmi ini, saya mengajukan izin mendirikan sekolah Muhammadiyah di desa ini,” pinta Pak Mukardi. “Selama sy menjabat lurah di sini, saya tidak akan mengizinkan pendirian sekolah Muhammadiyah.” Pak lurah menjawab dengan tegas, Pak Mukardi agak lunglai mendengar jawaban tegas pak Lurah. Namun, beliau tetap teguh berusaha meyakinkan pak lurah agar diizinkan mendirikan sekolah Muhammadiyah. Kenyataannya, semakin pak Mukardi meyakinkan pak Lurah, semakin pak Lurah menolak memberikan izin pendirian sekolah Muhamadiyah. Dengan asa yang tersisa, pak Mukardi berusaha lagi. “Pak Lurah, jika saya tidak boleh mendirikan sekolah Muhammadiyah, bolehkah saya mendirikan sekolah Aisyiah?” Tanpa disangka, pak lurah menjawab “pak Mukardi boleh mendirikan sekolah Aisyiah, tetapi sama sekali tidak boleh mendirikan sekolah Muhammadiyah” Pak Mukardi mendengar jawaban tersebut langsung bergegas pamit pulang. Sesampainya di rumah, pak Mukardi menghubungi ibu2 Aisyah untuk menyiapkan segala hal terkait pendirian sekolah Aisyiah. Singkat cerita, sekolah Aisyiah berdiri, dimulai dari PAUD dan TK ABA. Untuk menarik simpati warga, pak Mukardi dan ibu-ibu Aisyiah menggratiskan seragam dan tas sekolah. Hari berganti, PAUD dan TK ABA semakin bertumbuh. Hingga pada suatu hari, pak lurah mendapat laporan bahwa PAUD dan TK ABA pada hakikatnya milik Muhammadiyah. Pak lurah mendegar laporan tersebut memanggil pak Mukardi. “Pak Mukardi, apa betul ini sekolah Muhammadiyah” Pak Mukardi menjawab pertanyaan pak lurah dengan santai. “Pak lurah, ini bukan sekolah Muhammadiyah tetapi ini sekolah milik Aisyiah. Kalau ingin bukti, coba lihat dan baca tulisan di seragam anak-anak, tidak ada tulisan Muhammadiyah, yang ada hanya tulisan Aisyiah” “Oh gitu” kata pak lurah Mendengar penjelasan pak Mukardi, pak lurah tidak jadi marah. “Klo begitu, silahkan lanjutkan kegiatan belajar mengajar di sekolah Aisyiah” Akhirnya, Pak Mukardi dan ibu2 Aisyiah lega mendengar jawaban dan support pak lurah kepada sekolah Aisyiah tetapi tetap TIDAK utk sekolah Muhammadiyah. Pak Mukardi, pak mukardi, diplomasi jenengan bener2 jossssss Semoga cerita ini menginspirasi kita semua. Semoga barokah. Amin amin amin Penulis Mutiullah HamidSumber disini Share this:Click to share on Twitter (Opens in new window)Click to share on Facebook (Opens in new window)Click to share on WhatsApp (Opens in new window)Like this:Like Loading... Related