Natural Distancing Anekdot by Madi - May 28, 2020May 28, 2020 Oleh Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Alkisah, umat Islam di suatu daerah menyelenggarakam Shalat Id (Hari Raya) di lapangan. Sehari sebelum pelaksanaan daerah tersebut diguyur hujan. Beberapa bagian di lapangan basah dan agak becek. Tapi karena sudah dipersiapkan dan hari itu udara cerah, Shalat Id tetap diselenggarakan. Seperti biasa sebelum shalat dimulai panitia menyampaikan pengumuman dan komando. “Jamaah Shalat Id yang dirahmati Allah, Shalat akan segera dimulai. Harap para jamaah merapatkan shaf.” Demikian komando panitia. Sebagian jamaah bergeser memenuhi komando panitia. Sebagian lainnya tidak beranjak. Melihat sebagian jamaah tidak juga beranjak, panitia mengulangi sampai beberapa kali. “Mohon para jamaah merapatkan shaf, untuk kesempurnaan shalat kita.” Nada suara makin tinggi, karena masih saja ada jamaah yang tidak bergeser sehingga shaf tidak rapat. Setelah berulang-ulang jamaah tidak bergeser merapatkan shaf, panitia melihat lapangan becek. Menyadari hal tersebut, panitia meralat komando. “Para jamaah, shalat Id segera kita mulai. Mohon para jamaah merapatkan shaf kecuali yang tempatnya becek.” Mendengar komando yang berubah, para jamaah, termasuk Imam Shalat, tertawa kecil. Shaf boleh tidak rapat kalau lapangan becek. Inilah contoh natural distancing. Jadi jauh sebelum diberlakukan social dan physical distancing, sudah ada yang memberlakukan natural distancing. Beragama itu mudah. Mengapa mesti cari yang susah? Sumber: Abdul Mu’ti Share this:Click to share on Twitter (Opens in new window)Click to share on Facebook (Opens in new window)Click to share on WhatsApp (Opens in new window)Like this:Like Loading... Related