Ngaji Filsafat Kiai Dahlan, Sebuah Catatan Ringan Netijen Sharing by Madi - February 9, 2020February 9, 2020 Ba’da Isya, Masjid Jendral Sudirman (Jl. Rajawali No. 10 Kompleks Kolombo, Demangan Baru, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta) sudah terisi penuh. Seperti biasanya, yang tidak kebagian tempat mengikhlaskan diri duduk lesehan tikar di halaman dan parkiran masjid. Kopi, teh, dan camilan-camilah khas Jogja tersedia banyak dan mencukupi. Berbondong-bondong, dan berangsur-angsur para penuntut ilmu mendatangi Ngaji Filsafat di Masjid Jendral Sudirman. Kalau diliat-liat hampir seperti jamaah shalat Ied, apalagi sampai tikaran di luar, Muhammadiyah banget. Suasana Ngaji Filsafat Masjid Jendral Sudirman, Yogyakarta Ngaji Filsafat ini digelar rutin setiap Rabu, dengan tema berbeda setiap bulan. Februari 2020 ini mengkaji filsafat pendidikan Indonesia, salah-satu dan pertama yang dibahas adalah KH. Ahmad Dahlan. Siaran tunda kajian bisa disimak di kanal Youtube MJS Channel, atau mengunduh audio dan materinya di website Masjid Jendral Sudirman. Fragmen Biola KH Ahmad Dahlan KH. Ahmad Dahlan dikenal sangat senang bermain biola. Suatu ketika, di langgarnya, salah seorang muridnya (santri) bertanya, “Yang disebut agama itu sebenarnya apa, Kiai ?” Kiai Dahlan mengambil biolanya, dan memainkan lantunan musik, menurut riwayat adalah tembang Jawa Asmaradhana. Kemudian Kiai Dahlan bertanya “Apa yang kalian rasakan setelah mendengar musik tadi?” Murid-muridnya menjawab:“Saya rasakan keindahan Kiai” “Semua persoalan seperti mendadak hilang” “Damai sekali” “Nah, itulah agama” Jawab KH. Ahmad Dahlan. “Orang beragama adalah orang yang merasakan keindahan, rasa tenteram, damai karena hakikat agama itu sendiri seperti musik. Mengayomi dan menyelimuti.” Setelah itu salah seorang santri mencoba biola tersebut, dan menghasilkan suara “menderit”. Bikin pusing pendengarnya. “Wah, suaranya berantakan ya kiai..? ” tanya dia sambil tersipu malu. “Nah, begitu juga agama. Jika Kita tak mempelajarinya dengan baik, maka agama hanya akan membuat diri sendiri dan lingkungan terganggu” jawab beliau. Banyak kisah beliau lainnya yang bisa kita teladani. Konsep Pendidikan KH Ahmad Dahlan Menurut Pak Faiz, pengampu Ngaji Filsafat, konsep utama pendidikan KH. Ahmad Dahlan terangkum dalam nasihat beliau: “Dadiyo kyai sing kemajuan lan aja kesel anggonmu nyambut gawe kanggo Muhammadiyah.” (Jadilah Kiai yang berkemajuan dan jangan pernah lelah berjuang untuk Muhammadiyah).KH AHMAD DAHLAN Jadilah Kiai (memahami agama, kesalehan), kemajuan (keilmuan), dan beramal. Menjadi saleh tidaklah cukup, juga harus mempunyai kedalaman ilmu (ilmu apa saja), berpikiran terbuka, progresif, serta diamalkan. Ilmu yang mengimplementasi amal, dan amal yang dilandasi keikhlasan. Tidak hanya santri putra, Kiai Dahlan juga memiliki kelas santri putri, kepada murid-muridnya ini Kiai Dahlan mendorong agar seorang perempuan jangan hanya terus berada di bawah kehendak kaum laki-laki, harus bersekolah, dan memiliki cita-cita yang tinggi. Perempuan yang di zaman itu kerap tidak dianggap, dengan gagasan Islam Berkemajuan, Kiai Dahlan membangkitkan kesetaraan. Ilmu pengetahuan tidak memandang gender, siapapun bisa belajar, dan berhak memiliki impian. Terima kasih KH. Ahmad Dahlan, matahari yang terbit seabad lalu, dan hari ini terus menyinari, sampai kapanpun. Semoga Allah membalas segala amal dan usaha mencerahkan peradaban. Penulis: Jauzi M.J.S. (Bukan akronim Masjid Jendral Sudirman) Share this:Click to share on Twitter (Opens in new window)Click to share on Facebook (Opens in new window)Click to share on WhatsApp (Opens in new window)Like this:Like Loading... Related