You are here
Home > Netijen Sharing > Nuaiman, Penghuni Surga Jalur Tawa

Nuaiman, Penghuni Surga Jalur Tawa

Oleh Irfan Amalee*

Di hiruk pikuk pasar Madinah, terlihat beragam makanan lezat menggoda dijajakan. Nuaiman memesan beberapa makanan itu mengantarkannya kepada Rasulullah. Rasul senang sekali ditraktir Nuaiman.

Setelah Rasul makan bersama keluarga, ternyata pedagang makanan tadi datang menagih pembayarannya. Rasulullah kaget, namun kemudian dia sadar, beliau kena prank Nuaiman.

Saat bertemu Nuaiman, Rasulullah bertanya, “Wahai Nuaiman apa yang kau lakukan pada saudaramu ini?”

Dengan mesem-mesem Nuaiman menjawab, “Aku melihat makanan kesukaanmu, aku sangat ingin mengadiahkan makanan itu untukmu. Tapi aku tak punya dirham sedikitpun”. Mendengar itu Rasulullah tertawa.

Nama Nuaiman begitu dikenal karena reputasinya sebagai tukang usil dan jail. Aksi-aksinya selalu membuat suasana segar dan ceria.

Candaannya kadang terlihat keterlaluan. Misalnya saat seorang lelaki dari suku Beduin datang ke masjid Nabawi untuk menemui Nabi. Dia tambatkan untanya di halaman. Melihat untanya yang begitu gemuk, beberapa orang sahabat nyeletuk kepada Nuaiman, “Nuaiman lihat untanya mantaf sekali”. Nuaiman memahami kode tersebut. Tanpa banyak basa basi Nuaiman membawa unta itu, menyembelihnya dan mengajak orang-orang untuk menikmati daging unta.

Si pemilik unta itu kaget melihat sekelompok orang sedang pesta daging unta. Dengan shock dia berteriak, “Waa Naqarah, Waa naqatah (Ooo untaku!)

Rasulullah mendengar kegaduhan itu. Setelah mengetahui masalahnya, Rasulullah langsung mencari Nuaiman. Dengan mengikuti petunjuk jejak kaki Nuaiman, Rasulullah sampai di kebun kurma milik Danbaah Bin Zubair, masih kerabat Rasulullah. Kepada beberapa orang yang berada di sana, Rasulullah bertanya, “Ada yang lihat Nuaiman?” “Kami tidak tahu wahai Rasulullah,” jawab sahabat pura-pura pura tidak tahu sambil memberi kode kepada Rasulullah ke arah sebuah parit.

Rasulullah menghampiri parit itu menuju satu sosok yang bersembunyi di dalam parit di balik pelepah kurma. Nuaiman sadar persembunyiannya sudah terbongkar. Lalu Nuiaman keluar dari persembunyian itu dengan pelepah kurma di kepala dan wajah penuh lumpur. Melihat penampakan Nuaiman yang belepotan itu Rasulullah tertawa. Para sahabat lain pun tertawa melihat pemandangan lucu ini.

Untuk urusan unta korban kejailan Nuaiman, Rasulullah membayar harga unta itu kepada pemiliknya. Lalu semua orang diajak untuk ikut pesta makan daging unta dalam suasana bahagia.

Nuaiman punya tempat khusus di hati Rasulullah. Selain sosoknya yang kocak, Nuiaman adalah sosok pembela sejati Rasulullah. Anggota suku Bani Najar ini ikut serta dalam sumpah setia kepada Rasulullah dalam Baiat Aqabah. Nuaiman juga ikut berjuang di bawah panji Islam pada perang Badar, Uhud dan Khandaq.

Rasulullah begitu sabar membantu Nuaiman yang belum lepas dari kebiasaan minum khamr sisa kebiasaan sebelum masuk Islam. Nuiaman beber apa kali kepergok minum khamar. Sampai-sampai Umayr pernah mengutuk Nuaiman dengan mengatakan, “La’natullah alaih!” semoga la’nat Allah ditimpakan pada Nuaiman. Namun Rasulullah langsung memperingati Umayr, “Jangan katakan itu! Sesungguhnya Nuiaman mencintai Allah dan Rasul-Nya. Perbuatan dosa Nuaiman tidak membuatnya keluar dari golongam muslim, ampunan Allah sangat dekat bagi orang yang beriman.”

Allah memberi Nuiaman umur panjang. Selepas wafatnya Rasulullah, Nuiaman hidup dan mengalami masa Khalifah Rasyidin hingga masa Bani Umayyah.

Keusilan Nuaiman terus berlanjut. Saat masa kekhalifahan Utsman, Nuaiman pernah berulah lagi. Seorang yang buta bernama Makramah bin Naufal sedang berada di masjid. Saat itu dia ingin buang air kecil di dalam masjid. Para sahabat berteriak mengingatkan agar dia buang air kecil di luar masjid. Lalu Nuaiman menuntun Makramah ke salah satu sudut yang masih di dalam masjid. Makramah buang air kecil di sana, karena dia menyangka sudah berada di luar masjid. Lalu para sahabat lain kembali berteriak mengingatkan Makramah agar jangan buang air kecil di dalam masjid. Makramah menyadari dia sudah dikerjain Nuaiman. Dia berjanji akan memukul Nuiaman dengan tongkatnya.

Sehabis shalat, Nuiaman kembali mendekati Makramah sambil berbisik, “maukah aku tunjukkan di mana Nuaiman yang tadi menjailimu?” Lalu Nuiaman menuntun Makramah ke dekat Khalifah Utsman yang sedang menunaikan shalat sunnah. “Ini dia Nuaiman yang menjailimu” Lalu Makramah memukulkan tongkatnya kepada khalifah Utsman.

Melihat itu para sahabat berhamburan berteriak sambil menarik Makramah, “Hei kamu telah memukul Amirul Mukminin!”

Khalifah Utsman bin Affan yang kaget dipukul tongkat seorang buta, tapi beliau tertawa setelah tahu ini adalah ulah Nuaiman.

Kelakuan konyol Nuaiman terus berlanjut dari zaman ke zaman. Kelakuannya bikin kesal tapi kehadirannya dirindukan. Namun tawa Nuiaman tiba-tiba padam, di masa pasca khalifah rasyidin. Konflik politik yang saat itu meruncing membuat Nuiaman sedih dan kehilangan selera humornya.

Namun cerita tentang Nuaiman selalu dikenang. Rasulullah pernah berseloroh, “Nuaiman masuk surga sambil tertawa, karena dia selalu membuatku tertawa”.

Penulis adalah founder Peace Generation
sumber: facebook

Madi
Bukan siapa-siapa. Sekadar berbagi, menampilkan sisi humor Muhammadiyah yang selama ini jarang terekspos.

Silakan berdiskusi dengan sopan dan lucu

Top
%d bloggers like this: