You are here
Home > Featured > Pak AR dan Udud: Kita Butuh Ulama Jenaka

Pak AR dan Udud: Kita Butuh Ulama Jenaka

Dalam sebuah forum resmi Muhammadiyah, Buya Syafi’i Maarif pernah bertanya kepada Kyai Hadji Abdul Rozak Fakhrudin yang populair dengan timbalan Pak AR: “Pak AR kenapa banyak merokok ? Pak AR menjawab jenaka: “Tidak banyak. Saya merokok satu-satu”.

Dari sekian Ketua PP—Pak AR terbilang paling sederhana, paling jenaka dan banyak akal, layaknya Abu Nawas. Pak AR menjadi ketua dengan periode terpanjang dengan banyak kreasi dan banyak amal usaha berdiri. Pak AR adalah sosok model Muhammadiyah kultural–dengan gaya Jogja medhog. Pada periodenya Muhammadiyah berkembang pesat dan menjadi rujukan.

Pak AR dikenal sebagai piyantun zuhud dan wara’. Beliau tak punya rumah sendiri—dan mencari tambahan penghasilan dengan jualan bensin eceran di depan rumahnya. Saat mengaji di daerah-daerah, beliau biasa tidur di masjid atau di rumah Pimpinan Muhammadiyah–beliau tak pernah tidur di hotel.

Ulama sederhana ini pernah membuat Sri Paus Paulus Johanes II respek dan menaruh hati—ihwalnya Pak AR pernah menulis surat dengan bahasa kromo inggil–Nyuwun agar Sri Paus berkenan masuk Islam.

Mengenang Pak AR adalah mengenang soal kesederhanaan, kebajikan dan kejenakaan seorang ulama yang lahir dan besar dari tradisi Jogja. Beliau berdakwah tak banyak gaduh dan tidak merepotkan umat–dengan hasil nyata yang luar biasa. Sosok teduh yang menentramkan. Pak AR menjawab ‘boleh’ ketika ditanya soal baca usholi sebelum shalat–makan dulu sebelum shalat juga boleh, kan ushali dibaca sebelum shalat–jawabnya pendek. Hal-hal yang berat bisa dijawab dengan jenaka.

Prof Mitshuo Nakmura seorang peneliti senior Jepang punya pengalaman menarik saat pertama kali berkunjung ke kantor PP di Kauman Jogja. Prof Nakamura terheran–Ketua ormas modern terbesar di Indonesia itu mengantarnya ke kantor dengan berboncengan sepeda Yamaha butut.

Tidak hanya itu–Pak AR juga dikenal sebagai seorang mubaligh yang ulung dan solutif–tidak pernah menyinggung perasaan agama lain dengan cara yang kurang patut—setiap ayat Al Quran disampaikan dengan hikmah, dengan bahasa yang mudah dimengerti. Beliau juga seorang yang rendah hati dan suka minta maaf.

Beliau berpendapat bahwa ayat-ayat Al Quran memang benar, sebab berasal dari firman Allah–tapi cara kita menyampaikan belum tentu benar–karena itu beliau selalu minta maaf bila cara-cara yang dilakukan keliru. Ayat Al Quran tidak mungkin terhapus dengan permintaan maaf–karena cara dakwah yang menyinggung.

Pak AR juga berkawan akrab dengan para Pendeta, Romo, Pastur dan pemuka agama lainnya. Salah satunya dengan Romo Mangun Widjaya penggagas perkampungan Kali Code. Pak AR juga pernah menggagalkan proyek Kresten di kali Code yang digagas Romo Mangun dengan cara jenaka.

Gus Dur pernah mengatakan–Pak AR pernah membuat ratusan warga NU menjadi Muhammadiyah dalam semalam karena kecendekiaan dan kejenakaan. Muhammadiyah butuh sentuhan seni kata Ustadz Haedar Nashir Ketua PP–mungkin beliau mulai merasakan ketegangan dan keseriusan dalam memahami cara kita beragama–ada baiknya kita dengarkan lagu Beethoven atau Mozart atau sholawat Nabi saw yang dilagukan untuk menghilangkan penat setelah seharian serius mengurus umat .. 😄😄😄🌹

Penulis : Nurbani Yusuf
Komunitas Padhang Makhsyar

Madi
Bukan siapa-siapa. Sekadar berbagi, menampilkan sisi humor Muhammadiyah yang selama ini jarang terekspos.

2 thoughts on “Pak AR dan Udud: Kita Butuh Ulama Jenaka

    1. artikel ini dari postingan fb Ust Nurbani Yusuf. Silakan komunikasi dg Beliau terkait artikel ini.

Silakan berdiskusi dengan sopan dan lucu

Top
%d bloggers like this: