Pilih Tarawih yang Cepat Netijen Sharing by Madi - January 3, 2025January 3, 2025 Mas Tom Urusan Sholat Tarawih bagi anak muda kadang jadi pertimbangan, mana yang cepat mana yang lama, tema kultumnya, penceramahnya dan di mana lokasinya.Hal ini juga berlaku bagi saya yang kala itu kuliah di Jogja dan tinggal di rumah nenek (ortu banyak dinas mutar di berbagai pulau) bersama saudara-saudara yang juga mahasiswa.Jika mau pilih tema yang up to date, bau-bau politik dan ‘pinggir jurang’ penceramahnya ‘gahar’ ya Tarawih ke Gelanggang UGM (waktu itu belum ada Masjid UGM), IAIN dan lain-lain. Idola kami waktu itu pak Amien Rais Ketum PP Muhammadiyah. Seru pokoknya. Kalau mau yang berbau agama, kaidah dan sebagainya bisa ke Masjid Gede Kauman, Masjid Syuhada dan sebagainya. Bahkan bagi mahasiswa, buka puasa dengan Gulai Kambing di Masjid Gede Kauman tiap hari Kamis. Artinya, diniati benar, nawaitu, sejak sebelum Buka Puasa sudah ‘nongkrong’ di sana sambil menunggu waktu berbuka Puasa. Kata kang Azman Latif (Takmir Masjid Gede Kauman), tradisi ini sudah sejak abad ke-19 pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII dan sejak adanya persyarikatan Muhammadiyah yang dibawa oleh Kyai Darwis (Kyai Ahmad Dahlan). Waktu itu belum ada Buka Puasa massal seperti di Masjid Jogokariyan. Bahkan, soal Tema dan Penceramah itu kalau ada alasan tertentu, walau jauh kami tetap datangi. Kembali lagi soal Tarawih di atas. Selain pilihan tema dan penceramah, ada pilihan lainnya, yaitu cepat atau biasa (mungkin bagi warga Nahdliyyin walau banyaknya rakaat ‘cuma’ 11, namun dirasa lama, tidak ngebut, cepat selesai). Bagi kami, kalau tidak ada ‘acara’ yang dirasa urgent, maka kami akan Sholat Tarawih di Masjid At-Taqwa dekat rumah nenek. Durasinya biasalaaah, mau sedikit lama juga tak apa, wong sedang tidak ada acara buru-buru koq. Lain halnya jika ada keperluan mendesak. Maksudnya bagi kami, misal mau belajar besok ujian, janjian dengan teman atau sekedar nonton film “Hunter” (waktu itu film favorit kami di TVRI, satu-satunya stasiun TV nasional waktu itu). Agak konyol memang alasan terakhir ini, tapi yaa gimana lagi, namanya anak muda. Maka karena Sholat Tarawih jadi wajib bagi kami (kalau mbolos suka diomeli nenek hahahaha) maka kami mencari Masjid yang bisa Sholat Tarawih dengan durasi lebih cepat. Sholatnya maupun kutbahnya. Di manakah itu? Adanya di PKU Muhammadiyah Jogja. Mungkin alasannya sederhana, mesti cepat (maksudnya bacaan Surah-nya dipilih Surah yang pendek-pendek), karena jamaahnya juga ada dokter dan perawat yang mesti melayani pasien, bahkan mungkin harus visit pasien atau menangani bedah setelah sholat Tarawih. Biasanya, pukul 20.00 paling lama sudah selesai. Cepat kan? Dengan begitu, maka ‘kewajiban’ dapat terlaksana tanpa mbolos dan nonton film “Hunter” juga didapat, dan nenek tidak ngomel, bahkan senang ditemani nonton TV oleh para-para cucunya. Share this:Click to share on Twitter (Opens in new window)Click to share on Facebook (Opens in new window)Click to share on WhatsApp (Opens in new window)Like this:Like Loading... Related