Resep Bahagia Ala Bunda Farhan Netijen Sharing by Madi - March 5, 2020March 5, 2020 Waktu SD saya termasuk siswa yang paling bodoh. Nilai IPA, Matematika, IPS selalu jauh di bawah rata-rata. Saya tak punya prestasi dan tak punya piala. Saat SMP pun sama. Saya rangking 38 dari 40 siswa. Yang saya ingat, Ibuk tak pernah marah pada saya tentang nilai-nilai saya. Ibuk selalu tetap tersenyum. Sesekali bertanya, apakah kemarin saya sudah berusaha dengan sungguh-sungguh. Ibuk tak pernah membebani saya dengan target nilai-nilai ataupun rangking. Tapi selalu membantu untuk membangun kepercayaan diri. Respon Ibuk tidak ada bedanya, dengan saat menerima rapor Aliyah saya yang penuh dengan angka 8 dan 9. Tidak ada euforia. Tidak ada ekspresi bangga. Biasa saja. Dari Ibuk saya belajar, bahwa tugas kita -dalam hal apapun- adalah berusaha dengan sebaik-baiknya, berdoa dengan sebaik-baiknya. Apapun hasil yang kita terima setelah usaha dan doa-doa kita, itu adalah yang terbaik menurut Tuhan. Pasti. Dan saya berdoa, semoga saya bisa selalu menghargai usaha anak saya, dan tidak terjebak pada membebaninya dengan prestasi-prestasi hanya untuk nafsu membanggakan diri. Karena ternyata tidak ada korelasi antara kebahagiaan dan ketenangan hati dengan angka-angka dalam rapor, IPK ataupun piala. Yang lebih penting untuk kebahagiaan dan ketenangan adalah bersyukur dan selalu berprasangka baik pada Tuhan, bahkan saat kita mendapat hasil yang tak seperti kita harapkan, setelah segala upaya dan doa-doa terbaik kita. Penulis Siti Marhamah (Bundane Farhan) Share this:Click to share on Twitter (Opens in new window)Click to share on Facebook (Opens in new window)Click to share on WhatsApp (Opens in new window)Like this:Like Loading... Related