You are here
Home > Opini Media > Rumus Rahasia Dakwah Kiai Dahlan

Rumus Rahasia Dakwah Kiai Dahlan

K.H. Ahmad Dahlan pernah diancam akan dibunuh ketika tabligh di Banyuwangi. Kisah ini popular di kalangan warga Muhammadiyah Jawa Timur. Tahun 1919 Dahlan pertama kali datang ke banyuwangi untuk berdagang batik. Dia sempat memberi pengajian di masjid dekat pasar. Ada seseorang yang tidak senang dengan pengajian Dahlan, kemudian mengirimkan surat kaleng dan mengancam akan membunuh Dahlan jika ia berani datang lagi ke Banyuwangi.

Dengan tawakal Dahlan malah datang ke Banyuwangi. Kali ini tidak untuk berdagang batik melainkan khusus untuk bertabligh. Dahlan mengajak serta Nyai Dahlan yang dalam surat itu juga ikut diancam dibunuh. Sampai pengajian selesai tidak terjadi insiden apapun. Bahkan H. Muhammad Ali, orang yang berkirim surat akan membunuh Dahlan dikemudian hari menjadi anggota Muhammadiyah.

Kita semua sudah hafal dengan kisah Dahlan yang mengajar santrinya surat Al-Maun terus menerus tanpa pindah ke surat lain. Setelah perintah cinta kepada anak yatim dan orang miskin dilaksanakan, barulah pelajaran dilanjutkan.

Ada lagi kata dalam Al-Qur’an yang sangat ditekankan Dahlan pada santrinya yaitu kata “al-Birru” atau kebajikan. Misalnya ayat 92 surat ali Imran: “Kamu sekali-kali tidak sampai pada kebaikan sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai”. Maka al-Birru atau kebaikan tidak bisa dipisahkan dengan kesediaan memberikan harta yang kita cintai.

Saat itu ditumbuhkan pemahaman kalau ingin memperoleh kebaikan harus rela menginfaqkan harta yang dicintai ibarat menguliti diri sendiri.

Yen durung wani mbeset kulit durung Islam sejati. (Jika belum berani menguliti diri sendiri belum benar – benar Islam).

Dahlan telah memberi contoh dengan melelang perabot rumah tangganya ketika tidak ada uang untuk membayar gaji guru sekolahnya. Itu peristiwa sangat mengesankan bagi para santrinya. Banyak sahabat – sahabatnya tidak tega lalu membeli barang itu dengan harga jauh lebih mahal dari yang semestinya.

Dahlan juga orang yang tidak pernah diam. Terus bergerak menyebarkan gagasan dan memberi pencerahan. Bahkan ketika sakit tetap tidak berhenti. Akhirnya dokter memutuskan harus hijrah ke luar kota agar tidak terganggu urusan organisasi dan dapat beristirahat penuh. Itu dilaksanakan pada 29 Nopember 1922 dengan tetirah ke daerah Pasuruan.

Dua bulan kemudian PB Muhamadiyah menjenguk. Betapa mereka terkejut karena Dahlan nampak makin kurus, kakinya bengkak tapi wajahnya berseri – seri. Dalam sakitnya ternyata Dahlan tidak diam, malah berhasil mendirikan musalla untuk kegiatan jamaah dan dakwah.

Banyak anekdot yang menggambarkan keikhlasan dan daya juang Dahlan yang luar biasa. Ilmunya juga luas dan kreativitasnya tidak pernah kering. Semangat itulah yang diwariskan kepada kita agar tetap dapat menghidup – hidupkan Muhammadiyah.

Saya rumuskan dalam 4 “er” plus 3 “an” untuk jadi pedoman. Tentu ini agak menyerdehanakan. 4 “er” adalah bener (nawaitu dan perilakunya benar), pinter (ilmu luas dan cerdik menguasai persoalan), kober (menyediakan waktu untuk berjuang), seger (badan dan kantongnya sehat). Sedangkan 3 “an” adalah Nyopoan (suka tegur sapa atau ramah), Entengan (ringan tangan untuk bekerja), Lomanan (dermawan).

4 “er” adalah Bener, Pinter, Kober, Seger. Sedangkan 3 “an” adalah Nyopoan, Entengan, Lomanan.

Kadang kita malu mengaku pelanjut perjuangan K.H. Ahmad Dahlan karena kualitas kita dan beliau jauh berbeda, seperti langit dan bumi.

(Dari Majalah MATAN, Edisi 26, September 2008, dengan Judul Asli KHA. Dahlan: 4 “ER” Plus 3 “AN”, oleh: Drs. H. Noer Cholis Huda, M.Si – Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur), diedit seperlunya.

Sumber : sekolahmuonline

Madi
Bukan siapa-siapa. Sekadar berbagi, menampilkan sisi humor Muhammadiyah yang selama ini jarang terekspos.

Silakan berdiskusi dengan sopan dan lucu

Top
%d bloggers like this: