You are here
Home > Featured > Sekum PP Muhammadiyah dan Sekjen PBNU Terlibat “Perang Urat Saraf”

Sekum PP Muhammadiyah dan Sekjen PBNU Terlibat “Perang Urat Saraf”

Hubungan Muhammadiyah dan NU sering mengalami pasang surut. Kadangkala keduanya beriringan, namun tak jarang terlibat polemik karena perbedaan pendapat dalam menyikapi permasalahan bangsa. Baru-baru ini, Sekum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti dan Sekjen PBNU, Helmy Faisal Zaini terlibat “perang urat saraf” dalam sebuah forum.

“Perang urat saraf” kali ini bukan karena perbedaan pendapat namun lebih kepada saling melempar guyon untuk mencairkan suasana. Keduanya menjadi pembicara pada acara Dialog Peradaban Bangsa, Islam, dan TNI. Dialog yang digelar DPP PA GMNI di Jakarta, Senin (22/7) kemarin, mengusung tema Siapa Melahirkan Republik Harus Berani Mengawalnya.

Laman resmi NU, nu.or.id menulis, Abdul Mu’ti mengatakan bahwa Muhammadiyah telah melahirkan banyak kader yang kemudian menjadi tokoh penting dalam sejarah lahirnya bangsa Indonesia, seperti presiden pertama Indonesia Soekarno, penjahit bendera merah putih Fatmawati, anggota Pandu Hizbul Wathan Jenderal Soedirman, dan tokoh BPUPKI Ki Bagus Hadikusumo.

“Nah, yang tidak dilahirkan oleh Muhammadiyah itu hanya NU saja,” ucapnya disambut tawa hadirin.

Abdul Mu’ti

Berbicara dalam sesi selanjutnya, Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama tidak mau kalah dari Sekum Muhammadiyah.

“Meskipun (NU) berdirinya tahun 26 (1926), tapi pemikiran, gagasan tentang bagaimana bangsa ini insyaallah telah mendahului Muhammadiyah,” kata Sekjen Helmy disambut tawa peserta dialog.

Helmy Faisal zaini

Saudara Tua dan Adik Bongsor

Pada kesempatan lain, Sekum Muhammadiyah juga melempar jokes soal NU – Muhammadiyah. Dikatakannya bahwa dalam berbagai forum internasional, Muhammadiyah kerap disebut “the second large of moeslem organization in Indonesia”. Organisasi muslim terbesar kedua setelah NU. Sebutan tersebut bagi mantan ketua PP Pemuda Muhammadiyah itu, tak jadi masalah. Karena memang demikian adanya.

“Meskipun NU terbesar, tapi, saya selalu menyebut Muhammadiyah dulu,” lanjut Mu’ti. “Bukan karena apa, tapi secara urutan abjad demikian adanya. Setelah M, baru N. Setelah mim baru nun.” Sontak saja disambut tawa dari jamaah.

“Jika bertemu Gus Helmy,” imbuh Mu’ti seraya merujuk ke Sekjen PBNU Helmy Faisal Zaini, “sering menyebut Muhammadiyah sebagai saudara tua. Karena lahir lebih dahulu,” ceritanya.

Seakan tak mau kalah, Mu’ti pun punya sebutan khusus untuk NU. “Kita sering menyebut NU sebagai adik bongsor. Lahirnya lebih muda, tapi anggotanya besar sekali,” guyonnya disambut tawa riang hadirin.


Madi
Bukan siapa-siapa. Sekadar berbagi, menampilkan sisi humor Muhammadiyah yang selama ini jarang terekspos.

Silakan berdiskusi dengan sopan dan lucu

Top
%d bloggers like this: