TEPUK KOREKSI BUAT IMAM Netijen Sharing by Madi - January 24, 2019March 24, 2019 By Bambang W. Nugroho Twitter: @bambangwn Sekitar tahun 1990-an, sebagian besar pemuda Muhammadiyah di ranting saya belum banyak yang bisa menyetir mobil. Cuma saya dan pak Kesra (Pejabat Kelurahan, Ka. Urusan Kesejahteraan Rakyat) sebut saja namanya pak Kus. Suatu hari, sejumlah ibu2 Aisyiyah Ranting minta diantarkan ke pengajian yang jaraknya cukup jauh sehingga perlu diantar dengan mobil. Kami berdua lah yg ditunjuk. Mungkin maksudnya biar bisa nyetir bergantian. Berangkat bada Asar, baru setengah perjalanan sudah masuk waktu maghrib. Kami mencari masjid tidak segera menemukan. Ketemu satu masjid, jamaah setempat sdh selesai. Kami pun mendirikan jamaah sholat sendiri. Tentulah pak Kesra yang bertindak sebagai imam sholat. Jamaah lelaki cuma saya sendiri dan ibu menjadi jamaah di belakang kami. Beliau bilang bahwa sholatnya sekalian dijamak. Jamaah sholat maghrib, lancar. Begitu sholat isya, sampai rakaat ke sekian, saya lupa apakah sudah masuk rakaat terakhir atau belum. Tampaknya pak Kus juga ragu2. Ketika dia mau menggenapkan rakaat, tiba2 ada suara tepukan dari arah ibu2, “Plok!” Pak Kus terkejut. Dia kira rakaatnya kelebihan, maka dia pun membatalkan takbir dan lantas duduk tahiyat. Tapi ternyata ada lagi tepukan, “Plok!” dari arah yg sama. Merasa koreksinya dikoreksi lagi, pak Kus lantas bangkit dan takbir menggenapkan rakaat. Saya ikut kebingungan tapi sebagai makmum saya tetap mematuhi gerakan imam. Pas sudah selesai salam dan dzikir, pak Kus bilang, “Mohon maaf, tadi saya kurang atau lebih rakaatnya?” Eh, salah satu ibu malah bilang begini, “Bukan kami kok pak yang tepuk tadi, kayaknya bapak2 yang nyender di pilar masjid belakang itu, mungkin dia nepuk nyamuk….” Pak Kus dan saya nyaris barengan mengguman, “Astaghfirullaaaah….” 😀😀😀 Share this:Click to share on Twitter (Opens in new window)Click to share on Facebook (Opens in new window)Click to share on WhatsApp (Opens in new window)Like this:Like Loading... Related